Night of the Living Dummy I & II - R. L. Stine

goodreads
Judul: Goosebumps™: Night of the Living Dummy
Judul terjemahan: Goosebumps™: Boneka Hidup Beraksi
Pengarang: R. L. Stine
Penerjemah: Diniarty Pandia
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan ke-3, Maret 1996
Tebal: 160 hlm
ISBN 979-605-116-8
Genre: Horror

Lindy menemukan sebuah boneka dari tong sampah di dekat rumah mereka. Boneka ventriloquis yang menurut Kris menyeramkan.

Lindy memamerkan kemampuan ventriloquis kepada semua orang. Membuat semua perhatian tertuju padanya. Kris menganggap kelakuan Lindy itu konyol, namun sebenarnya ia iri. Apalagi ketika Lindy diminta datang ke ulang tahun Amy Marshall, dan keluarga Marshall bersedia membayarnya. Lama kelamaan Lindy jadi punya banyak pekerjaan.

Kris juga ingin punya boneka. Maka ayahnya membelikannya sebuah boneka. Mr. Wood namanya.
Kris memandang kertas itu dan membaca kalimat anehnya keras-keras:
“Karru marri odonna loma molonu karrano.”
Bahasa apa itu? Kris bingung.
Ia melirik bonekanya dan menjerit pelan karena terkejut.
Mr. Wood tampak berkedip.
Tapi itu tidak mungkin—kan? (p. 87-88)
Kejadian aneh mulai terjadi, kadang Kris bisa melihat boneka-boneka itu tersenyum mengejeknya. Kejadian paling parah adalah ketika Mr. Wood mengejek Mr. Dan Mrs. Miller dan membuat kekacauan di konser sekolah.
Kris terus menatap boneka itu. Apa yang direncanakannya? pikirnya. Bagaimana cara menghentikannya? (p. 131)
Yang saya suka dari kisah horor ini adalah konfliknya yang naik turun. Ketegangan bukan hanya muncul sekali, tapi berkali-kali, bahkan sampai akhir. Sementara itu, saya juga suka pertengkaran antara dua anak kembar ini.

Lindy dan Kris iri pada satu sama lain. Mereka benci berbagi, tapi juga benci jika salah satu dari mereka mendapat lebih dari yang lain. Namun, akhirnya mereka juga bisa bersatu untuk mengalahkan Mr. Wood. Ah, saya suka akhir yang bahagia—tapi ternyata tidak.

Buku yang bagus, saya hampir tidak menemukan kesalahan cetak. Kecuali kesalahan fatal yang salah menuliskan Kris menjadi Kate.

Selebihnya saya suka-suka saja dengan buku ini. Hanya saja ... bagi saya cerita horror yang baik adalah yang berakhir bahagia, atau setidaknya tuntas dan tidak menimbulkan ancaman baru. Jadi cukup tiga paw saja untuk buku ini.

***


Judul: Goosebumps™: Night of the Living Dummy II
Judul terjemahan: Goosebumps™: Boneka Hidup Beraksi II
Pengarang: R. L. Stine
Penerjemah: Hendarto Setiadi
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan ke-1, Juni 1996
Tebal: 144 hlm
ISBN 979-655-065-2
Genre: Horror

Akhirnya setelah sekian lama sejak kepala Dennis copot terus-menerus. Amy Kramer akhirnya dibelikan boneka baru oleh ayahnya, Slappy namanya.
Kupincingkan mataku. Perlahan-lahan aku membacakan kata-kata itu:
“Karru marri odonna loma molonu karrano.”
Kira-kira artinya apa, ya? Aku bertanya-tanya.
Kemudian aku menoleh ke wajah Slappy.
Dan melihat bibirnya yang merah berkedut-kedut.
Dan melihat sebelah mata berkedip pelan ... (p. 34)
Amy hidup di tengah keluarga yang amat sensitif, tapi juga selera humor yang aneh. Ayahnya sering marah-marah, untungnya ibunya sedikit lebih tenang. Sara selalu ribut mengenai lukisannya, dan Jed selalu menganggap dia bisa melakukan apapun tanpa menerima balasan.

Amy selalu bersikap sebagai anak baik. Ia cukup sadar ia bukan anak terbaik di keluarganya. Namun, sejak Slappy banyak melakukan kejahatan, lalu semua orang menganggap Amy pelakunya dan menganggapnya sakit jiwa, rasanya Amy tidak sanggup lagi.

Saya jelas lebih menyukai buku kedua ini daripada buku pertamanya. Dengan alasan yang mungkin sudah bisa ditebak. Tapi bukan hanya itu, saya rasa buku ini lebih dramatis.

Sara ternyata selama ini iri pada Amy, siapa sangka? Pertarungan dengan Slappy juga rasanya lebih menegangkan dari pada di buku pertamanya. Mungkin ini juga karena Slappy agak, apa ya ... ia tidak menggebu-gebu seperti Mr. Wood. Alur yang cepat juga membuat buku ini semakin menegangkan.

Amy juga punya sikap yang saya rasa lebih dewasa daripada Kris. Apalagi, masalah yang ia hadapi bisa dibilang lebih besar. Orangtuanya menganggapnya gila, dan mungkin ia bisa masuk rumah sakit jiwa.

‘Akhir yang tuntas’ memang tidak terjadi di buku ini sama seperti di buku pertamanya, tapi setidaknya ... Kehororan (?) yang terakhir itu membawa kebaikan. Dan saya suka :D. (atau mungkin tidak? karena masih ada buku ketiganya?)


***


Pico - Jerry Gogopasha
Ventriloquis berasal dari kata Latin venter yang berarti perutloqui yang berarti berbicara

Awalnya, ventriloquis adalah praktik keagamaan. Orang-orang Yunani menyebut gastromancy. Suara-suara yang dihasilkan oleh perut dianggap menjadi suara-suara arwah/orang mati yang mengambil tempat tinggal di perut para ventriloquis. Ventriloquis kemudian akan menafsirkan suara, karena mereka dianggap mampu berbicara kepada orang mati, serta meramalkan masa depan. Saat itu, para penganut animisme tersebut memercayai jika para pendeta kuil itu dapat membuat orang mati berbicara.


Di masa modern, ventriloquism lebih dikenal seni hiburan panggung di klub malam, pertunjukan sulap, acara TV, dan lain-lain yang berhubungan dengan hiburan. Biasanya pemain duduk di bangku dengan boneka (terbuat dari kayu, kain, atau karet) ada di pangkuannya atau ada di atas meja tinggi. Sang ventriloquis melontarkan humor-humor dan ada juga yang bernyanyi. Mereka merupakan aktor tunggal, karena semua suara merupakan suara ventriloquis itu sendiri. (wikipedia)


Ngomong-ngomong, Happy 4th Anniversary BBI! Semoga makin jaya! :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My 2017 Wishlist

Max Havelaar - Multatuli

A Study in Scarlet - Sir Arthur Conan Doyle

Misteri Gurindam Makam Kuno - Yovita Siswati

Tampilan Baru