The Hate U Give - Angie Thomas

goodreads
Judul: The Hate U Give
Judul terjemahan: Benci yang Kautanam
Penulis: Angie Thomas
Penerjemah: Barokah Ruziati
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Januari 2018
Tebal: 488 hlm 
“Itu sebabnya orang-orang bicara, kan? Karena keadaan tidak akan berubah kalau kita tidak mengatakan apa-apa.”—p.185

Starr Carter. 16 tahun, dan sudah dua kali melihat pembunuhan di depan matanya.

Saat itu pesta besar di rumah Big D, Kenya yang memaksanya datang dengan alasan Starr telah menjadi sombong dengan tidak sudi datang ke pesta-pesta kulit hitam di Garden Heights sebab ia bersekolah di sekolah orang kulit putih, Williamson.

Maka, Starr datang dengan harapan ia bisa membuktikan pada Kenya sebaliknya. Tapi keadaan tidak berjalan mulus, ada terlalu banyak orang yang tidak Starr kenal, padahal secara teknis mereka semua adalah tetangganya.
 “Tiba-tiba saja aku bagaikan Hawa di Taman Firdaus yang baru makan buah terlarang—rasanya seperti tersadar aku telanjang. Aku sendirian di pesta yang bahkan seharusnya tidak kudatangi, tempat aku nyaris tak kenal siapa-siapa. Dan orang yang kukenal meninggalkanku begitu saja.”—p.17

Tapi kemudian ia bertemu Khalil, teman masa kecilnya, cinta pertamanya. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka bicara, dan agak ironis mereka dipertemukan di tempat itu. Sayangnya pertemuan mereka tidak berlangsung lama, dalam pelarian mereka dari kekacauan pesta Big D, Khalil  dan Starr dihadang polisi kulit putih. Mereka telah membuktikan bahwa mereka tidak bersenjata, mereka tidak ugal-ugalan, mereka tidak mabuk, mereka tidak membawa barang haram, tapi tetap saja polisi itu menembak Khalil.
“Kuharap tidak ada yang menanyakan liburan musim semiku. Mereka pergi ke Taipei, Kepulauan Baham, Harry Potter World. Aku tinggal di rumah dan melihat polisi membunuh temanku.”—p.86

Namun ada masalah di sisi lain kehidupannya. Stigma buruk mengenai orang kulit hitam telah membuat Starr terlalu awas dengan kehidupan sosialnya di Williamson. Starr tak pernah menyinggung apapun soal rumahnya di Garden Heights kalau bukan disebut menyembunyikannya. Starr di Williamson adalah Starr yang sama sekali berbeda dengan di Garden Heights.

Tapi kini, dengan kematian Khalil; dengan stigma buruk yang sama yang menempatkan sahabatnya dalam asumsi yang tidak benar, Starr harus bicara untuk keadilan Khalil, dan itu artinya menghancurkan keseimbangan kehidupannya.

“Aku sudah melihatnya terjadi berulang kali: seorang kulit hitam terbunuh hanya karena berkulit hitam, dan kekacauan merajalela. Aku pernah menulis tagar RIP, membagi ulang foto-foto di Tumblr, dan menandatangani setiap petisi yang beredar. Aku selalu bilang kalau sampai melihat hal itu menimpa seseorang, aku akan bersuara paling lantang, memastikan dunia tahu apa yang terjadi.”“Sekarang aku menjadi orang itu, dan aku terlalu takut untuk bicara” p—42

Isu kesetaraan hak antara ras kulit putih dan kulit hitam di Amerika Serikat sana memang masih belum selesai sampai sekarang. Hal-hal paling sederhana seperti bagaimana media memajang foto mugshot dan bahkan mengabaikan nama korban kulit hitam tapi malah foto ‘dulu-pernah-bahagia’ para pelaku orang kulit putih, masih sering terjadi dan menjadi bahasan ramai khususnya di Twitter.

Intinya, bahwa terjadi dehumanisasi, bahkan saat sudah jelas mana yang salah dan benar, orang-orang masih mencari-cari alasan pembenaran ketidak adilan itu. Korban menjadi pihak yang disalahkan dan pelakunya bebas berkeliaran.

“Bayangan kebenaran melingkupi dapur—orang-orang seperti kami dalam situasi seperti ini selalu menjadi tagar, tapi jarang mendapatkan keadilan. Namun kurasa kami semua menantikan momen itu, momen ketika semua berakhir dengan benar.Barangkali sekarang waktunya”—p. 67

The Hate U Give menggambarkan hal ini dengan sangat apik. Bagaimana reaksi masyarakat, apa yang dirasakan oleh ras kulit hitam terhadap rasisme itu sendiri dan bagaimana mereka memperjuangkannya. Tapi buku ini pun tidak serta merta mengantagoniskan orang-orang kulit putih, hadirnya tokoh-tokoh kulit putih seolah menjadi pengingat bahwa tidak semua orang kulit putih rasis.

Bicara tentang tokoh, tokoh-tokoh lain dalam buku ini pun patut di acungi jempol. Penyusunan karakternya sangat unik, mulai dari drama bagaimana keluarga Starr bisa berhubungan dengan keluarga Kenya, teman-teman di sekolah Starr, kehidupan ayahnya yang secara umum membuat kehidupan Starr tidak sama dengan keluarga lainnya. Ah, tapi tak perlu jauh kesana, banyaknya porsi keluarga dalam buku ini saja sudah luar biasa; hal yang, mirisnya cukup jarang ditemukan dalam buku YA.

Karakter-karekter ini juga menyeimbangkan tema buku yang cukup berat, tema persahabatan dan keluarga serta bagaimana mereka mendukung Starr dalam menjalani kasusnya membuat bukunya lebih menyenangkan untuk di ikuti.

Akhir kata, lima bintang untuk The Hate U Give!

“Kadang-kadang kita melakukan semuanya dengan benar tapi tetap saja ada masalah. Kuncinya adalah jangan pernah berhenti berbuat benar.”—p.168

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My 2017 Wishlist

Max Havelaar - Multatuli

A Study in Scarlet - Sir Arthur Conan Doyle

Misteri Gurindam Makam Kuno - Yovita Siswati

Tampilan Baru