Membaca tanpa Modal



Belum lama ini, heboh dalam linimasa twitter soal sebuah platform menulis baru yang hampir sebagian besar isinya adalah plagiat baik dari tulisan komersil, maupun tulisan bebas dari platform lain. Yang dipermasalahkan adalah masih kurang tanggapnya pihak platform dalam menanggapi report plagiat ini, wajar sih, mungkin karena masih baru juga sehingga belum benar-benar siap utnuk laporan sebanyak itu. Aku gak terlalu ngikutin beritanya sih, cuma sekilas lihat teman-teman dari dunia jingga yang menanggapi soal ini. Yah, semoga kasusnya segera selesai.

Ngomong-ngomong soal pembajakan buku, sepertinya masalah ini memang tidak pernah ada habisnya. Dulu, sering digaungkan bahwa masalah utama kenapa pembajakan buku marak terjadi adalah karena mahalnya harga buku. Tapi toh di era paperless dimana harga-harga buku lebih murah (bahkan gratis) pun, pembajakan buku malah menambah lapak baru.


Jadi apa sebenarnya yang membuat buku-buku dibajak? Jangan-jangan justru karena orang-orang sangat suka membaca dan ingin memiliki akses semudah-mudahnya? Eh, tapi bukannya tingkat literasi Indonesia itu nomor 61 dari 62 negara? Hehe (Lebih jelas soal kesalahan interpretasi ini silakan baca artikelnya Mbak Wenny ini)

Mungkin iya, mungkin masalahnya sungguh karena masyarakat begitu suka membaca tapi tidak benar-benar paham mengenai bagiamana sebuah karya tulis bisa tercipta. Mental ‘kalo bisa gratis kenapa harus bayar’ mungkin merasuk terlalu kuat sampai lupa bahwa sebuah apresiasi bisa dilakukan tanpa menghalangi rezeki orang lain. Loh, kok menghalangi? Lah, iya dong. Uang yang harus mengalir ke kantong penulis (yang sebelumnya harus direduksi oleh toko buku, distributor, penerbit, dan pajak) malah los begitu saja masuk ke tangan-tangan pembajak. Belum kalau buku-buku bajakannya lebih laku daripada buku aslinya.

Elah, fat, kamu ngomong-ngomong begini sok suci banget.

Iya, emang sok suci, aku tuh. Begini-begini masih jadi penikmat buku bajakan kok, tapi sebatas buku textbook kuliah yang ampun gak sanggup kalau harus beli versi aslinya. Dan mungkin hal-hal lain yang aku sendiri gak sadar kalau itu bajakan. Tapi kalau harus nunggu sampai tanpa dosa, ya berarti gak akan pernah ada yang ngingetin soal ini dong? Pembelaanku satu, bedakan lagi kebutuhan dan keinginan. Apalagi kalau liat-liat ebook bajakan gitu rasanya hampir gak pernah nemu Buku Instrumentasi Analitik gitu misalnya. Bukan berarti aku bilang buku-buku selain buku pelajaran itu gak penting, masa aku bilang begitu sedangkan seluruh isi blog buku isinya novel. Tapi ya, semua pasti ada batas ‘gak penting-penting amat’nya.

Terus aku gak boleh baca ni? Baca gak penting nih?

Yah enggak gitu, maksudku, betapa akan jadi lebih baiknya dunia kalau kita bisa mendapat sesuatu yang baik dengan cara yang baik pula. Selain beli ke toko buku ada beragam cara lain supaya kita bisa baca buku tanpa perlu keluar uang banyak dan terpaksa beli bajakan. Caranya?

1. Pinjem

Inilah manfaat berteman dengan orang yang punya banyak buku, kalian bisa baca dan menjaga persahabatan sampai lama cuma karena barter buku, iya, gak, tan? 😎Yang namanya pinjem kamu gak perlu keluar uang sepeser pun kan? (kecuali mungkin untuk kartu anggota perpustakaan).

Oh iya, jaman sekarang pinjam buku bukan cuma buku fisik aja. Bisa juga pinjam ebook online lewat aplikasi iPusnas. Sistemnya mirip dengan peminjaman buku fisik, setelah login, kamu bisa memilih untuk meminjam buku apasaja selama stoknya tersedia. Buku yang di unduh akan ‘dikembalikan’ otomatis setelah masa waktu peminjaman habis.

2. Barter / Sewa Buku

Kalau jeli menelusuri instagram, ada banyak lo akun-akun penyedia jasa tukar/sewa buku. contohnya aja, @bookbarter.id , @libro.co , @aku.kau.buku dll. Kamu juga bisa menyewakan bukumu disini. Buku lama adalah buku baru bagi mereka yang belum pernah membacanya kan?

3. Hunting Giveaway

Berburu giveaway buku juga salah satu cara aktif di komunitas buku lo. Selain jadi wadah tuang kreativitas menjawab syarat giveaway juga ningkatin interaksi kita di komunitas.

4. Jasa Resensi

Atau ikut lomba resensi. Gak jarang hadiahnya buku buku juga, atau kalau kalian buka jasa resensi minimal dapet buku yang bakal kalian resensi kan?

5. Situs ebook legal

Beli ebook online! Tapi yang legal ya. Ebook biasanya lebih murah daripada buku fisik karena gak ada biaya untuk percetakan. Contohnya di Play book, Gramedia Digital, Bookmate. Ada juga situs ebook yang gratis, kayak gutenberg.org yang memang isinya kebanyak buku-buku klasik yang hak ciptanya udah jadi milik publik.

6. Nabung

You don’t say, fat. 😁

Intinya, ada banyak jalan ke Roma. Kalau kita mau, kita bisa kok baca tanpa perlu melanggar hak orang lain.

Happy World Book and Copyright Day!

Komentar

  1. Tapi bener loh,kaya ceritaku waktu itu di jogja, dana ada,tapi tau kan kalo disana ada lapak buku bajakan, entah bajakan atau buku cacat yang ga lulus verifikasi, dijual dengan setengah harga, beuh langsung dong sakau, wkwkw banyak buku bagus yang lagi naik daun,top ten bacaan di Indonesia lah,dan ya tergiur tapi hunting buku itu hal yang menyenangkan urutan ke dua deh yang pertama adalah baca bukunya wkwk salam Literasi. Salam manis coklat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hunting buku nya usahakan yang legal dong, hehe

      Hapus
  2. Aku kebiasaan baca buka nggak sampai tamat. Gampang bosen, jadi lebih suka pinjem ketimbang beli. Dan kadang kalau beli, lalu tamat baca, buku udah kayak mayat, nggak aku buka lagi. Mau kasih orang juga masih sayang. Banyak dilemanya kalau masalah buku mah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, mungkin memang bukan cup of tea nya, mas. Tapi setuju sih, emang banyak dilema kalau udah menyangkut buku 😂

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

My 2017 Wishlist

BBI Giveaway Hop

A Study in Scarlet - Sir Arthur Conan Doyle

Max Havelaar - Multatuli

Misteri Gurindam Makam Kuno - Yovita Siswati