Kompilasi Resensi 2018

Tulisan ini sebenarnya hendak aku ikutkan dalam rangkaian ulang tahun Mewri, pada November silam, sebagai kumpulan resensi buku-buku lainnya yang kubaca pada 2018. Iya, aku terlambat sangat jauh, dan mungkin lebih mudah kalau tidak menuliskannya sama sekali. Tapi sialnya aku merasa dihantui kalau tidak menuliskannya. Memang pada akhirnya aku gak bener-bener menuliskan semuanya sih, cuma beberapa yang rasanya sayang kalau tidak dituliskan.

Kudos untuk Renita yang mengejekku “Ayo katanya mau konsisten ngeblog? Mana?”. Kadang memang butuh tamparan seperti itu.

Seperti yang pernah kuceritakan, belakangan, menggambar menjadi hobi baru yang kugeluti. Dan meski sepertinya menggeser banyak waktuku dari dunia blogging dan membaca, menggambar juga membawaku banyak menelusuri jenis-jenis buku berbeda yang mungkin tak akan aku baca jika aku tidak mengenal menggambar. Iya, komik!

goodreads

Comus #1

(Copy Paste langsung dari minireview IG yang kutulis awal tahun 2018)

Aku sebenernya gak terlalu suka baca komik. Kalo diingat-ingat, kebanyakan komik di rumah adalah pemberian dari seorang teman mamah yang kebetulan tau kalau aku suka baca. Sementara yang benar-benar aku beli sendiri bisa dihitung dengan jari, itu pun hanya beberapa karya lokal yang sebelumnya sudah kubaca versi digitalnya.


Comus, jadi satu diantara sekian komik-komik ini. Kubeli sebagai pemenuhan janji di masa lalu. Enam tahun lalu, seorang teman, yang suka mengejek namaku 'fatiah-sinetron' gara-gara sebuah acara teve yang sedang hits kala itu, ku perhatikan senang menggambar. Aku bilang, aku mau baca komik buatannya, and here it is. I am beyond happy for her 😊

Nah, selain alasan sentimentil itu juga karena dunia perkomikan islam yang sudah mulai menarik minatku sejak dua tahun lalu. Lagi-lagi ini gara-gara seorang teman, bedanya dia yang sering  melihatku mencoret-coret halaman paling belakang buku kala bosan (iya, sampe SMA aku masih begitu)

Dia bilang, fat, coba gambar yang pake kerudung. Aku bilang aku gak punya referensi, terus dia tunjukkin gambar-gambar komik islam di ig. Ternyata lebih gampang buat karakter berkerudung, aku gak perlu puyeng mikirin rambut 😥.

Akhirnya aku jadi follow banyak sekali akun komikus islam ini, dan ternyata ada banyak banget. Mulai dari yang menyelipkan humor sampe yang serius, dan aku pikir ini keren banget karena dakwah jadi lebih menarik.

Nah, Comus ini adalah kompilasi komik islami dari komikus-komikus islami di IG. Bedanya, kalau di Ig mereka biasa buat komuk strip atau ilustrasi, di sini berupa cerita atau pembahasan yang lebih panjang.

Aku suka. Pertama karena yang sudah aku sebutkan, membuat dakwah menjadi lebih menarik. Selain itu juga karena kompilasi, cerita dan bahasannya ada banyak, jadi berasa untung banyak wkwkw. Walau mungkin bakal lebih keren lagi kalau ada satu tema yang sama di cerita-ceritanya.

Aku jelas bakal nunggu Comus-comus berikutnya.

COMUS #1 oleh Aliyya Luthfiana, dkk;
Penerbit Ihsan  Media;
Cetakan ke-1, 2017, 152 hal;
Religi





goodreads

Art of Dakwah


Waktu membeli buku ini sebenernya aku gak niat buat beli buku ini. Aku bahkan gak inget kenapa waktu itu aku jalan ke Al-Amin samping stasiun sebelum kembali ke kosan. Tapi yang jelas covernya kece banget dan aku rasa aku langsung jatuh cinta :3.

Aku sebelumnya sudah membaca buku-buku Felix Siauw yang formatnya dakwah dengan banyak gambar gini, kalian pasti tau, buku-buku nuansa merah muda dan ungu, Yuk Berhijab dan Udah, Putusin Aja. Dan sama seperti Comus, salut dengan cara kreatif orang-orang ini dalam mengajak pada kebaikan.

Waktu pertama kali baca Art of Dakwah, aku kira isinya bakal tentang cara dakwah dengan seni itu sendiri. Tapi ternyata aku juga yang salah baca judul. Meski pada akhirnya memang ada dan sedikit disinggung, tapi secara umum konten buku ini lebih banyak pada arti penting dakwah itu sendiri. Seni dalam Berdakwah, begitulah.

Art of Dakwah oleh Felix Siauw;
Alfatih Press;
Cetakan ke-1 Maret 2017, 160 hal;
Religi




goodreads

Gambar itu Haram? - @bangdzia


Dan  buku yang paling gak sabar buat aku ceritain.

Komik ini bisa dibilang sangat terkenal dalam dunia perkomikan dakwah Indonesia karena isinya bisa dibilang adalah jawaban dari banyak dilema para komikus muslim dengan hukum menggambar, atau hukum Tashwir tepatnya.

Ditulis dan diilustrasikan oleh @bangdzia, salah satu anggota Lingkar Komik dan lulusan Desain Komunikasi Visual di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta . Gambar itu Haram? adalah projek tugas akhirnya yang merangkum serba-serbi hukum tashwir, yang memang tidak bisa disederhanakan menjadi ‘Gambar itu Haram’ begitu saja. Perbedaan pendapat tentang menggambar diartikan bangdzia setara dengan perbedaan pendapat mengenai jumlah rakaat tarawih.

Apa pada akhirnya buku itu membela hak-hak para tukang gambar dengan nyata-nyata menyajikannya dalam bentuk kumpulan gambar? Jawabannya, hebatnya tidak. Menurutku, meski dalam wujud komik pun, buku ini masih netral dalam posisinya menyapaikan berbagai pendapat soal hukum Tashwir dan tidak menghakimi siapa pun yang memiliki pendapat yang berbeda dengan sang penulis sendiri.

Justru dengan format komik, segala kerumitan hukum tashwir bisa diapahami dengan lebih mudah oleh pembaca. Jadi, apa gambar itu haram? lebih baik baca saja bukunya :)

Gambar itu Haram? oleh @bangdzia;
Salsabila;
Mwi 2017, 158 hal;
Religi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My 2017 Wishlist

Max Havelaar - Multatuli

A Study in Scarlet - Sir Arthur Conan Doyle

Misteri Gurindam Makam Kuno - Yovita Siswati

Tampilan Baru