Komet - Tere Liye

"Ada banyak sekali kekuatan di dunia paralel. Tapi ketahuilah, salah satu yang paling hebat adalah perbuatan baik." —Hana

Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali membaca seri BUMI dan kalau melihat kapan review BINTANG aku post di sini, sebenarnya memang gak salah. Hampir dua tahun, wkwkw. Melewati waktu selama itu dan gak reread lagi, jujur aja aku agak lupa sama alur ceritanya. Walau sudah di refresh dengan membaca Ceros dan Batozar pun, rasanya sama saja toh cerita-cerita itu gak terlalu berkaitan dengan cerita utamanya.


Oh iya, ngomong-ngomong soal Ceros dan Batozar, rupanya buku itu berisi cerita spin-off yang pernah aku share link nya di review Bintang. Pantas saja waktu baca judulnya rasanya gak asing. Dan jujur saja, Ceros dan Batozar adalah salah satu buku terbaik di series ini, setidaknya sejauh ini. Sukses buat aku nangis di klimaks cerita-ceritanya untuk KEDUA kalinya setelah baca versi online nya. The amount of angsts are just right. Kalaupun ada yang menggangu adalah cara Ali dan ketidakpedulian orang tuanya, dia bersikap seolah semua baik-baik saja, tapi gimana pun itu gak sehat, menurutku. Dan menyebalkannya, Ra dan Seli seolah membiarkan saja soal ini. (I found big spoiler about this later, but lets pretend I know nothing)
"Ketahuilah, setiap kali sebuah cahaya bersinar sangat terang, maka bayangan yang dibuatnya sangat gelap. Sebaliknya, saat sesuatu sangat gelap, maka dibutuhkan cahaya terang untuk melewatinya. Keseimbangan."—Petani Kay

Yah, tapi review ini soal Komet kan? Seperti yang aku bilang, aku gak inget betul bagaimana Bintang berakhir persisnya, atau kapan, dan sudah berapa lama waktu berlalu sejak itu. Tapi yang pasti Ra, Seli dan Ali harus kembali ke petualangan antarklan. Semakin serius karena nasib kehidupan dunia paralel adalah tergantung mereka dalam menghentikan si Tanpa Mahkota.


Sebuah pola dari buku ke buku dalam serial ini adalah, setiap buku punya 'dunia' baru untuk dijelajahi dan diperkenalkan. Kali ini Ra berada di Kepulauan Komet, mengembara dari Pulau Hari Senin, Pulau Hari Selasa, dan seterusnya, adu cepat dengan si Tanpa Mahkota untuk mencari pusaka paling hebat di dunia paralel.


Dunia baru lagi, hal ini salah satu yang perlu di apresiasi dari serial ini. Selalu ada ciri khas baru yang ditawarkan di setiap dunia dan menjadi keunikan tersendiri. Dalam hal ini, Komet misalnya, menjadi klan kepulauan yang berarti tantangan Ra dkk menjadi berbeda dari biasanya, mereka harus menghadapi lautan. Walau sejujurnya ini juga jadi mempersempit kesempatan sebuah klan memiliki lebih banyak kultur, seolah-olah sebuah Klan hanya memiliki satu hal.
"Aku petugas istana. Siapa pun yang berkuasa di Pulau Hari Jumat, entah itu Pemimpin Otoritas ataupun Raja Kay, aku tetap melayaninya. Kesetiaanku kepada Pulau Hari Jumat, bukan kepada siapa yang sedang berkuasa di sana."—Petugas Zam.

Dan seperti buku-buku sebelumnya, Komet juga punya masalah dengan repetisi. Mendengar nama-nama pulau Pulau Hari Senin, Selasa, dst saja sudah bisa ditebak bagaimana cerita ini akan berjalan kan? Bahkan lebih parah, ada kebetulan luar biasa yang selalu terjadi. Rasanya seolah kisahnya berasal dari dongeng puisi khas dunia paralel yang di prosa kan, berima dalam setiap akhirnya. Tapi toh pada akhirnya semuanya masuk akal, bahkan semua repetisi itu.


Meski endingnya mudah di tebak, tapi aku tetap suka degan buku ini. Selain lebih baik dalam logika sudut pandang. Mengikuti kisah Ra, Seli dan Ali dengan sifat mereka yang berbeda-beda, rasanya tidak pernah membosankan. Bahkan semua dunia-dunia baru yang terasa komikal itu, selalu ada saja hal-hal subtil mengenai mereka yang menyinggung bagaimana kita sendiri hidup.
"Ketahuilah, dalam hidup ini, kadang kita melakukan sembilan puluh sembilan kebaikan, lantas tidak sengaja melakukan satu keburukan. Kita kadang lebih fokus pada satu keburukan tersebut, lupa betapa banyak yang telah kita lakukan." - Tuan Dokter

Judul: KOMET (Serial BUMI #5)
Pengarang: Tere Liye
Co-author: Diena Yashinta
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Mei 2018
Tebal: 348 hlm


Gak sabar baca KOMET MINOR, setelah ini kisah Ra akan benar-benar berakhir kan? Lama-lama capek juga di kejutkan berkali-kali 😂

Satu pertanyaan, ketika si Tanpa Mahkota memetik Bunga Matahari pertama di Ilios kenapa dia tidak memeinta langsung pustaka terhebat itu alih-alih meminta portal ke tempat portal pusaka itu? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My 2017 Wishlist

A Study in Scarlet - Sir Arthur Conan Doyle

Max Havelaar - Multatuli

Misteri Gurindam Makam Kuno - Yovita Siswati

Tampilan Baru