Taken at the Flood - Agatha Christie

goodreads
Judul: Taken at the Flood (1948)
Judul terjemahan: Mengail di Air Keruh
Pengarang: Agatha Christie
Penerjemah: Ny. Suwarni A.S.
Penerbit: PT Gramedia
Terbit: Cetakan ke-2, Agustus 1989
Tebal: 368 hlm
ISBN 979-403-446-0
Genre: Crime, Classic, Mystery &Thriller
’Dalam hidup manusia, ada pasang ada surut. Bila arus pasang, nasib baik yang menanti...’
“Ya, pasang surut memang datang—tapi ada pula surutnya—dan surut itu akan menghanyutkan kita ke laut” (hal 362)
Gordon Cloade selalu memanjakan keluarganya, ia sendiri adalah seorang duda tanpa anak yang kaya raya. Yang ia maksud keluarga adalah; Jeremy Cloade, seorang pengacara—yang efisien—yang menikah dengan putri majikannya France Trenton—putri Lord Trenton yang amat menyukai kuda.

Dr. Lionel Cloade, adik Gordon Cloade lainnya yang penggugup, hobinya adalah berkebun dan Gordon bersikeras agar ia berhenti bekerja dan memulai riset tentang tanaman, istrinya Katherine, amat percaya pada takhayul. Meski suaminya seorang dokter ia justru meremehkan ilmu pengetahuan.
“...—tapi menurut saya... apalah ilmu pengetahuan itu—apa yang bisa diperbuatnya?”
Menurut Hercule Poirot, pertanyaan itu tak bisa dijawab kecuali dengan menggambarkan secara teliti dan cermat mengenai Pasteur, Lister, dan lampu pengaman dalam tambang ciptaan Humphrey Davi—juga mengenai kemudahan-kemudahan listrik di rumah dan beratus-ratus kemudahan lain. (hal 17)
Rowley Cloade, keponakan Gordon yang bekerja sebagai petani. Bertunangan dengan Lynn Marchmont, seorang mantan anggota dinas angkatan laut wanita. Lalu calon besan Gordon, Adela Marchmont.

Selama bertahun-tahun, Gordon Cloade selalu memenuhi kehidupan keluarganya itu, ia juga menjanjikan kehidupan bahagia mereka di masa mendatang. Sampai-sampai keluarganya itu tidak mengerti apa artinya ‘kesusahan’.
“Dunia akan menjadi tempat yang sulit dihuni—kecuali bagi yang kuat” (hal 291)
Suatu kabar mengejutkan lalu tiba. Gordon Cloade menikah lagi dengan seorang janda muda—dari Kapten Robert Underhay yang meninggal di pedalaman Afrika—bernama Rosaleen Hunter di Amerika. Baru dua minggu mereka tinggal di London, tiba-tiba saja suatu serangan udara menyebabkan ledakan di tempat mereka tinggal. Hanya Rosaleen dan kakaknya, David Hunter yang selamat.

Meninggal dan pernikahan Gordon Cloade yang begitu mendadak menyebabkan ia tidak sempat membuat surat wasiat baru untuk keluarganya di pedesaan Warmsley Vale. Secara otomatis, pewaris kekayaan Gordon Cloade yang luar biasa banyak itu jatuh ke tangan istri barunya.

Hal ini membuat keluarga Gordon Cloade menjadi kalap. Kenyamanan mereka selama ini terenggut. Disaat paling sulit itu, mereka justru mengalami kesulitan keuangan. Jeremy Cloade sepertinya terlibat permainan kotor, Adela Marchmont mengeluh mengenai harga-harga pajak, Katherine yang fanatik masih ingin menyumbang ke beberapa kelompoknya ‘roh halusnya’ (?), belum Dr. Lionel Cloade yang sepertinya menjadi pecandu morfin, lalu Lynn dan Rowley yang butuh uang untuk pertanian dan pernikahan mereka.

Mereka membenci Rosaleen Hunter, tidak, mereka lebih membenci David Hunter yang amat menguasai Rosaleen. David bahkan melarang Rosaleen untuk memeberikan uangnya pada keluarga Cloade.

Lalu datanglah seseorang yang mengaku bernama Enoch Arden, mengaku bahwa ia adalah teman Robert Underhay, mengaku bahwa Underhay masih hidup. Arden memeras David.

Pada suatu pagi yang cerah. Enoch Arden ditemukan tewas dengan kepala pecah. Semua bukti, motif, dan kesempatan menunjuk David. Tapi untuk suatu kisah detektif, tidakkah ini terlalu mudah?

Dalam cerita detektif, pembunuhan bukanlah sebuah awal cerita, melainkan puncaknya. Saat pertama kali mendengar istilah ini dari Towards Zero saya agak tidak setuju. Tapi, setelah menyadari kalau permainan psikologi sangat penting dalam kisah Agatha Christie, hal itu dapat dipahami.

Dalam buku ini pun, meski berita kematian Enoch Arden muncul dalam prolog. Tapi dalam keseluruhan cerita sendiri, adegan itu muncul di tengah. Awal buku ini banyak meenceritakan mengenai hubungan para tokoh yang memang agak membosankan—karena diulang-ulang.

Saya baru bersemangat setelah kematian Arden dan fakta-fakta yang aneh yang muncul. Setiap petunjuk baru yang didapat, justru malah membuat semakin bingung. Banyak hal yang terlihat tidak berhubungan, apalagi dengan opini jika ada seorang pembunuh, maka ia pastilah keluarga Cloade. Baiklah, David memang sangat mungkin membunuh Arden, tapi itu pasti terlalu mencolok, dan perbuatan bodoh. Belum lagi pembunuhan kedua dan ketiga yang membuat semakin rumit keadaan.
Aku sudah membunuh dua orang,” kata *spoiler*. “Kau kira aku akan gentar membunuh orang yang ketiga” (hal 342)
Lalu semua ini ternyata diakhiri dengan kenyataan yang amat mengejutkan. Hampir tidak bisa dibayangkan, karena pendapat pembaca sudah digiring ke arah lain. Kasus ini menjadi kasus perebutan harta dan tipu-menipu yang menimbulkan korban. Disusun begitu apik sampai-sampai pembaca tidak memikirkan kemungkinan lain. Meski kemungkinan itu pernah diungkapkan
“... Seperti yang telah saya katakan—perkara ini memang terbalik-balik” (361)
Karena banyaknya penjelasan di bab-bab awal, bumbu drama dalam kisah ini banyak sekali. Fokus kedua setelah kasus pembunuhan ini sepertinya adalah cinta segitiga antara Rowley, Lynn dan David. Setelah kembali dari bebas tugas dari Dinas Angkatan Laut Wanita, seperti yang telah direncanakan, Lynn akan menikah dengan Rowley, yang justru selama ini hidup di pertanian. Namun saat itu, ia bertemu David, orang yang menurutnya berbahaya. Dua pria dengan perbedaan kepribadian. Lynn sendiri menganggap ia mungkin akan lebih cocok dengan David—karena mereka sama-sama suka petualangan. Tapi ia amat ragu, apakah meninggalkan Rowley yang sudah setia padanya—dan ia juga setia pada Rowley—selama empat tahun itu pilihan bagus?

Hal yang menarik lainnya, mungkin adalah suasana yang diangkat. Tahun 1948, setelah perang dunia ke 2. Agatha Christie menceritakan dampak perang bagi sebagian orang, baik secara fisik, mental, maupun sistem. Sekaligus mengajukan pertanyaan, untuk apa kita berperang. Seorang nenek kasar di penginapan Stag menganggap perang adalah untuk mengusir orang-orang asing dari Inggris; Perekonomian menjadi sulit karena kerusakan yang ditimbulkan perang; Para serdadu yang bebas dari komando jadi kehilangan arah.
... Aneh, bila tokoh “ibu rumah tangga” seperti yang tercantum dalam surat kabar itu, benar-benar telah mempengaruhi dirinya gara-gara keadaan perang. Kaum wanita yang dihalangi oleh sejumlah besar larangan tidak dibantu oleh siatu daftar tentang apa-apa yang boleh dilakukan. Kaum wanita yang harus membuat rencana, berpikir dan berkreasi dengan bahan seadanya, yang harus memanfaatkan semua keahlian yang ada pada dirinya, dan mengembangkan suatu keahlian baru tanpa mereka sadari! Hanya merekalah, pikir Lynn, yang bisa berdiri tegak tanpa penompang, yang bertanggungjawab atas dirinya sendiri dan orang lain. Sedang dia sendiri, Lynn Marchmont, yang berpendidikan baik, pandai, pernag menjalankan pekerjaan yang membutuhkan otak dan ketekunan yang besar, kin tanpa kemudi, tanpa kepastian—ya, dengan kata lain yang dibencinya: mengambang.... (hal 151)
Kekurangannya (?) saya kurang suka covernya—ini super subjektif—juga karena bukunya edisi lama jadi kertasnya sudah menguning.  Keseluruhannya saya suka terutama karena meski membosankan, tidak satupun adegan yang sia-sia.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

My 2017 Wishlist

Max Havelaar - Multatuli

A Study in Scarlet - Sir Arthur Conan Doyle

Misteri Gurindam Makam Kuno - Yovita Siswati

Tampilan Baru