Postingan

Resensi Buku: Catatan Harian Sang Pembunuh

Gambar
goodreads   "ada beberapa hal lain dalam hidup yang tidak bisa kita pelajari dari orang lain,"—Byeong-Su (hal.11) Seperti judulnya, buku ini berisi catatan keseharian seorang mantan pembunuh. Di masa tuanya, Kim Byeong-Su menghabiskan masa tuanya bersama putrinya, sambil mengenang masa-masa ketika dia menjadi pembunuh berantai. Ketika didiagnosis dengan alzheimer, ia mulai menulis, setidaknya agar dia tidak banyak merepotkan putrinya. Kim Byeong-Su sudah bertahun-tahun menjadi pembunuh, biar sudah lama meninggalkan kebiasaan itu, dan biar ingatannya mulai menipunya, ia tahu betul bagaimana tingkah seorang pembunuh. Maka saat berita pembunuhan mulai merebak, dan dia bertemu dengan seorang yang bagasi mobilnya menetesi darah. Byeong-Su melakukan dua hal, pertama, memastikan bukan dirinya yang membunuh orang-orang itu. Dua, mengawasi sang pemuda agar tidak membunuh putrinya. Membaca cerita misteri, biasanya dimulai dengan pemaparan hal-hal yang tidak masuk akal, semakin tidak ma

Resensi Buku: Selena - Tere Liye

Gambar
goodreads Setelah review penuh rant sebelumnya , sebetulnya mengejutkan bagaimana aku bisa memutuskan untuk melanjutkan seri ini. Ditambah, Komet Minor sebenarnya adalah titik paling sempurna jika memang bosan membaca seri Ra dkk, fokus utama yang dibangun sejak buku Bumi tentang mencegah si Tanpa Mahkota dari menguasai dunia paralel telah selesai. Apalagi setelah tahu bahwa rangkaian seri ini dijamin akan semakin panjang, lupakan asumsi bahwa kisah ini berhenti di buku ke-empat, Tere Liye sudah mengkonfirmasi SEPULUH judul lanjutan setelah Nebula yang berarti total buku seri ini adalah delapan belas dan ini baru fase pertama, implikasi akan ada fase lainnya. sumber: facebook page Tere Liye Boleh dibilang satu-satunya alasanku masih mau ngikutin adalah fandom nya. Ngikutin banyak fanartist dan theorist di instagram dan twitter bener-bener bikin ikutan hype dan sayang banget rasanya kalau aku gak tau konteksnya. Dan jujur aja, ini pertama kalinya aku liat fandom cerita fantasi loka

Resensi Buku: Neverwhere - Neil Gaiman

Gambar
goodreads "Kau punya hati yang baik," katanya pada Richard. "Suatu hari itu sudah cukup untuk membuatmu selamat di mana pun kau berada." Lalu dia menggeleng. "Tapi lebih sering lagi, tidak." (hal. 14) Neverwhere bercerita tentang Richard Mayhew, seorang pria dengan kehidupan biasa di London yang biasa. Kau tau, pekerjaan kantoran, kawan-kawan yang bisa diajak pergi minum-minum di akhir pekan, apartemen yang lumayan, tunangan yang cantik jelita tapi selalu menuntut. Dan apa hal paling biasa yang mungkin dilakukan ketika kau menemukan seorang gadis terluka tergeletak di trotoar? Richard menolongnya. Dan entah apakah itu merupakan pilihan yang bagus, karena detik berikutnya Richard kehilangan semuanya. Dan satu-satunya cara mendapatkannya kembali adalah membantu Door, gadis yang baru saja ditolongnya mencari tahu siapa pembunuh keluarganya. Bersama pengawal gadis itu, Hunter, juga Marquis de Carabas, mereka menelusuri dunia bawah London yang penuh bahaya,

menilai-buku-dari-format-file-nya.pdf

Gambar
Satu hal mengherankan yang harus diakui menakjubkan, isu soal pembajakan buku, entah bagaimana pasti naik di sekitar bulan April. Oke, isu pembajakan buku memang tidak pernah selesai, dan pasti selalu ada setiap saat, tapi melihat bagaimana dalam tulisan rutin spesial Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia pasti ada saja hal yang baru-baru terjadi soal isu ini. 2018, ketika untuk pertama kalinya aku bikin IG stori titik-titik soal tips baca si tempat legal. Motivasiku cuma buat nyindir orang yang nyebar-nyebarin link buku bajakan. Persis kayak yang rame kemarin, cuma emang gak nyampe jadi trending topic di twitter. 2019, yang rame adalah platform baca yang nyalin tulisan baca platform lain. Memang bukan buku terbit yang jadi sumber hidup orang lain, tapi pembajakan adalah pembajakan. Dan tahun ini. Aku sendiri gak nyangka kalo ternyata pesan berantai soal sebaran link pdf bajakan seluas itu sampai jadi trending topic twitter dan menarik perhatian penulis-penulis populer. Soalnya, seperti

Menulis untuk Melupakan

Gambar
"Otak manusia itu selalu berusaha untuk berjuang dan mengingat, tapi kalau ada sesuatu yang tertulis, kau sudah tidak perlu lagi mengingatnya, dan bisa dengan tenang melupakannya. Sisakan kenangan yang menyenangkan, kenangan yang buruk tulis dan lupakanlah." –Minato Kanae, Confessions Ketika membaca kutipan itu, aku merasa dipojokkan, tapi juga sekaligus lega karena ternyata aku bukan satu-satunya yang melakukan ini. Yah, setidaknya kalau seorang karakter fiksi mengakuinya, aku asumsikan kebiasan ini setidaknya cukup masuk akal dilakukan bukan. Kita biasanya mendengar orang mencatat sesuatu untuk mengingatnya, tapi menulis untuk melupakan? Akui saja kalau konsep ini terasa asing. Dah, ya, kurasa sekarang akhirnya aku memahami apa maksud orang-orang ketika berkata menulis itu menjadi terapi. Menulis itu menolong. Menulis itu membebaskan. Maksudku, aku juga suka menulis, tapi ide soal menulis itu membebaskan masih gak masuk akal buatku. Mungkin karena darip

2019 Book Event

Gambar
2019 memang bukan tahun paling produktif untuk kegiatan literasiku, jumlah buku yang kubaca masih belum meningkat dari tahun sebelumnya, resensi yang kutulis apalagi. Tapi bukan berarti aku absen sama sekali. Malahan, aku rasa 2019 menjadi tahun dimana aku lebih banyak datang ke acara offline dibanding tahun-tahun sebelumnya, dan aku rasa ini menjadi awal yang bagus karena akhirnya aku sadar acara offline gak kalah seru dengan acara online hehe. PELUNCURAN BUKU SEPILIHAN CERPEN SEPASANG SEPATU TUA Sudah pasti ini yang kusebut, malah sudah pernah kubuat postingan tersendiri di sini. Kalau ada sesuatu yang sangat berkesan mengenai acara itu, aku rasa aku belajar tentang bagaimana menerima bahwa kita tidak bisa menerima semuanya. Kata-kata Eyang Sapardi tentang puisi yang tak perlu dipahami benar-benar membekas dan secara keseluruhan membuatku merasa lebih baik ketika tidak bisa memahami bagaimana sesuatu bisa bermakna bagi orang lain tapi tidak bagiku dan sebaliknya. To each

Confessions - Minato Kanae

Gambar
goodreads "Pandangan dan idealisme itu ditentukan oleh lingkungan tempat seseorang lahir dan dibesarkan. Lalu, dasar penilaiannya atas orang lain bergantung pada siapa orang yang kali pertama berinteraksi dengannya. Artinya, bagi sebagian besar orang, sosok itu adalah sosok seorang ibu, bukan?" –hal.236 Sebesar aku percaya bahwa tidak ada alasan bagi siapa pun untuk menjadikan perlakuan orang lain terhadapnya sebagai pembenaran setiap kelakuan buruk yang dilakukan, karena setiap orang bisa berubah. Aku juga percaya bagi anak-anak, pengaruh keluarga jelas punya andil besar dalam menjelaskan kenapa dia melakukan apa yang dilakukan. Menjelaskan, tapi tetap tidak bisa menjadi pembenaran. Dan dengan banyak menggunakan dinamika antara ibu dan anak dalam ceritanya, bagaimana "cara mendidik" mempengaruhi perbuatan satu sama lain. Confessions membawa cerita dengan mempermainkan dilema antara penjelasan dan pembenaran. "Orang dewasa cuma bisa meng