Cards on the Table - Agatha Christie
Judul : Cards on the Table (1936)
Judul terjemahan : Kartu-Kartu di Meja
Pengarang : Agatha Christie
Alih bahasa : Ny. Suwarni A.S.
Desain & ilustrasi sampul : Satya Utama Jadi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Cetakan ke-6, Maret 2014
ISBN : 978-979-22-7170-6
Tebal : 328 hlm
Genre : Classic, Crime, Thriller & Mystery
Poirot bertemu dengan Mr. Shaitana di sebuah pameran tabung inhaler. Bisa dikatakan mereka memiliki ego yang sama namun pandangan akan kriminal yang berbeda. Mr. Shaitana dengan bangga mengatakan bahwa ia mengenal beberapa orang pembunuh yang tak pernah tertangkap dan mengundang Poirot untuk makan malam bersama mereka. Ternyata bukan Poirot saja yang di undang, ada pula Komisaris Battle, Kolonel Race dan Mrs. Oliver. Dan datanglah ke-empat pembunuh ini, Dr. Roberts yang ramah dan menyenangkan, Miss Anne Meredith si penggugup, Mayor Despard, pria dingin yang panjang akal, dan Mrs. Lorrimer, wanita setengah baya berotak cemerlang.
Mereka kemudian memutuskan untuk bermain bridge. Dr. Roberts, Anne, Mrs. Lorrimer dan Despard main di ruang tamu utama sedang Mrs. Oliver, Poirot, Battle dan Race di ruang sebelah. Mr. Shaitana tidak suka main bridge maka ia hanya memperhatikan di ruang tamu itu. Jam dua belas lewat sepuluh, kelompok Poirot memutuskan untuk berhenti main dan kembali ke ruang tamu, dan melihat bahwa kelompok Mrs. Lorrimer masih asyik bermain. Ketika mereka hendak pamit, yang mereka temukan adalah tewasnya Mr. Shaitana.
Saat pertama kali baca blurbnya. Saya bingung. Diceritakan ada pria yang mengoleksi pembunuh. Dan ia tewas terbunuh koleksinya itu. Ini berarti pernyataan pembunuh tetap pembunuh benar sekaligus menyulitkan. Karena kita tidak bisa meninjau dari masa lalu mereka. Lalu saya membuka bagian Pendahuluan, dikatakan bahwa buku ini bukanlah buku yang pelakunya-adalah-orang-yang-paling-tidak-mungkin karena hanya ada empat tersangka dan kesemuanya bisa sekaligus tidak bisa menjadi pelakunya. Saya berfikir, ini akan menjadi kisah yang sangat menarik.
Dan benar saja, Agatha memberi kita kesempatan untuk mencurigai semua tersangka satu-persatu dalam hal ini keempat orang itu. Ya, jumlah yang sedikit apabila dibandingkan dengan novel Agatha kebanyakan. Memang agak sulit, karena mereka semua memang pembunuh. Jadi, yang diselidiki Poirot kali ini adalah pola membunuh mereka, kemungkinan cara mereka melakukannya bila ditinjau melaui sifat-sifat yang diketahui melalui cara mereka bermain bridge. Bahkan meski tidak mengerti cara main bridge, penjelasannya tidak terlalu memusingkan. Sekali lagi, kenyataan mereka memang pembunuh membuat kesimpulan lain, kita tidak hanya menyelidiki satu pembunuhan, paling tidak ada lima bahkan di akhir cerita berkembang menjadi delapan. Dan seperti yang di tulis Agatha, cerita ini tidak biasa. Pembunuhnya bukanlah orang yang paling tidak mungkin, sebaliknya sejak awal ia sudah cocok sekali. Penasaran kenapa hal itu tetap mengejutkan? Baca dong wkwk
Disamping hal-hal mengenai kasusnya sendiri, humor dan romance Agatha selalu menjadi bumbu yang sedap. Mrs. Oliver yang sepertinya baru pertama kali muncul digambarkan dengan kuat adalah penulis novel detektif berpenampilan unik dengan pendirian bahwa wanita lebih baik dari pria, menyukai apel dan instingnya sangat-sangat tajam. Interaksinya dengan Komisaris Battle selalu membuat tersenyum, mereka sering sekali mendebatkan mengenai peran antara pria dan wanita atau perbedaan antara dunia nyata dan dunia fiksi. Juga cinta segitiga antara Anne, Rhoda dan Despard, tidak mendetail sih tapi itulah kelebihannya.
Waa, saya belum nerusin bacanya, padahal sempat muali baca... hho, lanjutin bacanya deh... setuju banget kalau banyak banget hal menarik yang mungkin gak "mayor" di ceritanya tapi tetep bisa "kena" xD terima kasih untuk reviewnya...
BalasHapusHehe sama-sama, semangat bacanya :D
Hapus